Di hari yang telah kami tetapkan saya satu keluarga pergi ke Kota S. Penumpang kereta Argo Lawu tidak begitu penuh! Mungkin, karena hari liburan masih sekian hari kembali, menjadi saya istri dan anakku lebih bebas istirahat sepanjang diperjalanan.
Cersex Hot – Jam 5:30 pagi kereta datang di stasiun kota S, Kami di jemput Ibu mertuaku dan pakde Man pengemudi keluarga Mertuaku. Ibu mertuaku demikian berbahagianya dengan kehadiran kami, anak kami Piko lantas dipeluk dan diciumi, mahfum anak kami Piko cucu lelaki pertama untuk keluarga bapak dan Ibu mertuaku.
Pada akhirnya, kami sampailah di dusun GL rumah mertuaku, situasi dusun yang cukup tenang langsung berasa, ditambahkan lagi rumah mertuaku yang demikian besar, cuma ditempati oleh Bapak dan Ibu mertuaku saja. ke-5 anak bapak dan Ibu mertuaku semua wanita, dan telah pada menikah semua! terkecuali Adik iparku yang paling bungsu saja yang masih belum menikah! dan sekarang ini sedang menuntut pengetahuan di salah satunya perguruan tinggi negeri di kota Y.
“Bapak mana Bu? Bertanya Indri istriku”.
“Bapakmu kembali kerumah Bupati, Biasa sajalah paling-paling bicarakan project!”, Jawab Ibu mertuaku.
Ibu mertuaku seorang wanita yang berusia lebih kurang 48 tahun, kulitnya putih bersih. Bapak dan Ibu mertuaku menikah ketika umur mereka masih remaja, tetapi demikian, Ibu mertuaku tetap kelihatan elok meskipun umurnya nyaris masuk kepala lima. Istriku sendiri anak ke-2 dari 5 bersaudara.
Narasi Seks Mertua yang Elok Walau Berkepala Lima
Mertua yang Elok Walau Berkepala Lima
Mertua yang Elok Walau Berkepala Lima
Narasi Seks Sesudah mandi dan istirahat kamipun sarapan bersama-sama. Kami menceritakan ke sana kesini sekalian melepaskan capek dan rasa kangen kami, tanpa berasa haripun telah mendekati sore. Setelah mahgrib bapak mertuaku lagi dari rumah bupati, kami juga tukar lagi narasi, makin malam makin sepi walau sebenarnya baru jam 8 malam. Wajarlah didesa!
“Ini minum wedang bikinan Ibu! Agar kalian fresh saat bangun pagi harinya”.
Saya, istriku dan bapak mertuaku lantas memimum wedang bikinan Ibu mertuaku.
“Sedap sekali Bu! apa ini Bertanya Indri istriku “.
“Itu wedang ramuan Ibu sendiri! Bagaimana, segar kan?”.
Kamipun meneruskan percakapan kami kembali, lebih kurang 1/2 jam kami bercakap, rasanya mata ini kok sangat berat. Istiku pamit susul anak kami yang telah lebih dulu tertidur. Saya coba bertahan dari rasa ngatuk! dan meneruskan narasi kami, tetapi apa daya! rasa mengantuk ini telah terlampau berat. Aku juga pamit tidur pada bapak dan Ibu mertuaku.
Sekalian menguap saya jalan ke arah ruang tidur kami yang lumayan besar, kusaksikan istri dan anakku telah tertidur dengan pulasnya. Tumben ia tidak nungguin saya? Aku juga langsung merebahkan diri karena rasa mengantuk yang demikian berat. Tidak lama aku juga langsung tertidur.
Entahlah telah berapakah lama saya tertidur, saya rasakan seakan ada yang menciumku, membelaiku, saya berusaha untuk buka mataku, tetapi saya tidak mampu untuk buka mataku ini. Rasanya seakan ada yang menjejal dimataku, yang membuat saya terus tertidur.
Saya rasakan nikmat waktu berejakulasi. Dan Saya berangapan jika semuanya cuma mimpi basah saja.
Saat pagi harinya saya terjaga, kusaksikan istri dan anakku masih pulas tertidur, saya ke kamar mandi untuk kencing! demikian saya menyaksikan kemaluanku, ada sisa sperma kering? Kupegang kemaluanku dan jembutku kok lekat? saat kucium, saya mengenali benar berbau yang demikian kas, berbau dari lendir kemaluan wanita.
Saya berpikiran kok mimpi basah ada berbau lendir wanitanya?, apa tadi malam saya disetubuhi setan? Saat kami semua makan pagi pagi, saya akan bercerita kejadian yang kualami tadi malam, tetapi saya malu, takut diketawai, menjadi saya biarkan saja kejadian tadi malam.
Hari ke-2 disitu, saya, istri dan anakku rekreasi ke wilayah rekreasi, kami pulang telah malam. Seperti hari lalu, sesudah ngobrol-ngobrol dan istirahat Ibu mertuaku memberikan kami wedang bikinannya, saya dan istrikupun langsung meminum. Bingungnya lebih kurang 30 menit sesudah saya habiskan wedang bikinan Ibu mertuaku, rasa mengantuk serang lagi saya dan istriku.
Karena tidak mampu kembali meredam rasa mengantuk yang sangat, kami berdua pamit akan tidur, untungnya anak kami telah tertidur diperjalanan pulang.
“Mas saya mengantuk! selamat tidur ya Mas!”.
Langsung istriku merebahkan tubuh dan tertidur dengan lelapnya. Aku juga turut tertidur. Apa yang tempo hari malam terjadi, malam hari ini terulang lagi. Pagi harinya sesudah saya menyaksikan sisa sperma dan sisa lendir wanita yang telah jadi kering dan membuat kusut jembutku, saya menanyakan bertanya dalam hatiku?, apa yang sebetulnya terjadi?
Hari ke-3 , saya tidak turut pergi jalan jalan!, cuma istri anak dan Ibu mertuaku yang pelesir ke arah tempat sanak pamily keluarga istriku. Saya cuma tiduran di tempat tidur sekalian melamun dan ingat peristiwa yang kualami sepanjang 2 malam hari ini. Adakah makhluk lembut yang memerkosaku ketika saya tidur? Mengapa tiap habis minum wedang, saya menjadi mengantuk? apa karena situasi dusun yang sepi? Walau sebenarnya saya umumnya kuat bergadang, atau karena wedang?
Malam nanti saya coba tidak untuk minum wedang bikinan Ibu, batinku. Beragam pertanyaan muncul pada benakku, karena capek pada akhirnya aku juga tertidur. Di waktu malam mendekati, kami satu keluarga bergabung dan terlibat perbincangan bincang. Seperti hari kemarin-kemarin juga, Ibu mertuaku memberikan kami wedang bikinannya. Istri dan bapak mertuakupun telah habiskan minumannya, sedangkan saya belum meminum.
“Kok tidak diminum Mas wedangnya”, bertanya Ibu mertuaku?
Saya memang coba tidak untuk minum wedang itu, meskipun tubuh fresh saat bangun tidur! tetapi saya punya niat untuk selalu tidak memimumnya. Karena saya ingin tahu dengan sudahkah saya alami sejumlah ini hari. Saat saya akan meminum saya berpura pura sakit di perut, sekalian bawa wedang yang seakan-akan sedang kuminum saya jalan mengarah dapaur ke arah toilet. Walau sebenarnya sesampai dikamar mandi, saya segera buang wedang itu.
Saya bergabung lagi ke ruangan keluarga, lebih kurang tiga puluh menit! kusaksikan istiku dan bapak mertuaku telah mengantuk dan punya niat untuk tidur. Tetapi hal tersebut tidak ada denganku, apa karena saya tidak minum wedang itu? Saya masih fresh dan belum mengantuk. Aku juga bersandiwara mirip orang mengantuk, kami berdua pamit dan masuk kekamar, istrikupun mematikan lampu kamar dan menghidupkan lampu tidur yang memadai nyaman dimata.
“Mas saya mengantuk sekali! Kamu tidak ingin kan? Esok saja ya Mas! saya mengantuk sekali Mas”
Kukecup kening istriku dan ia lantas tertidur.
Saya tetap melamun, mengapa ini hari saya tidak mengantuk sebagaimana umumnya? Apa karena saya tidak minum wedang bikinan Ibu? Nyaris 1/2 jam sesudah istriku lelap, mendadak saya dengar suara langkah kaki mendekati mengarah kamarku! Langsung saya berpura-pura tertidur. Kusaksikan ada yang buka pintu kamarku, saat kubuka sedikit kelopak mataku rupanya Ibu mertuaku! Ingin apa beliau? Saya terus berpura-pura tertidur. Untung lampu tidur dikamar kami remang-remang menjadi saat saya sedikit buka kelopak mataku tidak kelihatan oleh Ibu mertuaku.
Deg.. jantungku berdebar-debar saat Ibu mertuaku mendekatiku, langsung mengelus elus burungku yang tetap terbungkus celana pendek. Saya akan memberinya teguran, tetapi rasa ingin tahu dengan yang terjadi dua hari ini dan apa yang hendak dilaksanakan Ibu mertuaku membuat saya terus bersandiwara tertidur. Ibu mertuaku lantas turunkan celana pendek dan celana dalamku tanpa rasa canggung atau takut jika saya dan istri ku terjaga, atau mungkin saja mertuaku telah percaya jika kami sangat pulas sekali.
Blass lepas telah celanaku! Saya telanjang, jantungkupun semakin berdebar-debar, saya terus bersandiwara terdidur dengan rasa ingin tahu atas perlakuan Ibu mertuaku. Saya meredam napas saat Ibu mertuaku mulai menjilat-jilati dan mengulum kemaluanku, nyaris saya mendesih, saya coba terus bertahan supaya tidak mendesis dan biarkan Ibu mertuaku terus meneruskan laganya. Kemaluanku telah berdiri dengan tegaknya, Ibu mertuaku dengan asyiknya terus mengulum kemaluanku tanpa tahu jika saya tidak tertidur. Jujur saya mengakui, jika saya sebetulnya sangat terangsang sekali. Ingin rasanya waktu itu , saya bangun, langsung menangkap, mencumbu dan meniduri Ibu mertuaku.
Kutahan semua pergolakan birahiku, dan ku diamkan Ibu mertuaku terus meneruskan laganya. Mendadak Ibu mertuaku melepaskan kulumannya dan bangun berdiri, saya terus memerhatikannya, dan bless.. mertuaku melepaskan dasternya, rupanya dibalik daster itu mertuaku tidak menggunakan BH dan celana dalam kembali.
Saya benar-benar berdebar-debar, dag.. dig.. dug suara jantungku saat melihat badan telanjang Ibu mertuaku, apalagi saat Ibu mertuaku mulai naik ketempat tidur, langsung mengangkangiku pas di atas burungku, semakin tidak karuan detak jantungku.
Digemgamnya kemaluanku, diremas lembut sekalian dikocak-kocok perlahan-lahan, selanjutnya di gesek-gesekan ke memek Ibu mertuaku.
Saya tidak tahan kembali! Ingin rasanya langsung kumasukan kontolku! Sekalian berjongkok, burungkupun ditujukannya kelubang surga Ibu mertuaku! pelan-pelan sekali beliau turunkan bokongnya memasukkan burungku ke memeknya! sekalian pejamkan mata nikmati mili untuk mili masuknya burungku ke sarangnya.
“Ahh.. ahh nikmat”, jerit mertuaku, saat semua burungku sudah ambles masuk ketelan memek Ibu mertuaku.
Sekalian terus bersandiwara tertidur saya meredam pergolakan birahiku yang telah mencapai puncak.
“Ahh.. Ibu mertuaku menjerit ketahan saat beliau mulai turun naik bergoyang nikmati rasa nikmat yang beliau merasai.
Ibu mertuaku terus menjerit, mendesah, tanpa takut saya, istri dan anakku atau bapak mertuaku terjaga.
Ibu mertuaku terus bergoyang turun naik. Belum sejumlah lama menaik turunkan bokongnya, badan Ibu mertuaku melafalkanng.
“Ahh nikkmatt”, jerit panjang Ibu mertuaku.
Ternyata Ibu mertuaku barusan memperoleh orgasmenya.
Ibu mertuaku langung rebah menindih badanku mencium bibirku membelai kepalaku seperti, seorang istri yang barusan usai bersetubuh dengan suaminya, saya segera buka mataku.
“Jadi sejauh ini saya tidak mimpi! dan tidak juga tidur dengan makhluk lembut!”.
Ibu mertuaku bangun karena terkejut
“Mass ka.. mu tidak ti.. dur? kamu tidak minum wedang yang Ibu membuat?”.
“Tidak Bu! saya tidak meminum”, Ibu mertuaku salah kelakuan dan serba salah! wajahnya memeras pertanda beliau alami malu yang hebat.
Saya bangun dan duduk di pinggir tempat tidur,
“Mass..”, Ibu mertuaku menangis sekalian duduk dan merengkuh kakiku.
“Ammpuni Ibu, Mass”.
Saya merasa kasihan menyaksikan Ibu mertuaku semacam itu, karena saya sendiripun sangat terangsang karena permainan Ibu mertuaku barusan.
“Bu saya belum habis!”, saya angkat mertuaku, saya dekap, kucium bibirnya.
“Telah Bu, jangan menangis!, saya menikmatinya kok Bu!”.
Kulepas bajuku, kami berdua telah telanjang bundar, kupeluk Ibu mertuaku dan kamipun berciuman dengan buasnya.
“Ahh Mas.. nikmat.. Mas..”, saat kuhisap dan kuremas tetek mertuaku yang telah lembek..
“Ah.. Mas nikmat..”, kutelusuri semua badannya, dari teteknya, terus kuciumi perutnya yang cukup gemuk.
“Ahh Mass”, jeritnya, saat kuhisap kemaluannya, kujilati itilnya sekalian ku gigit gigit kecil.
Dua jarikupun tenggelam di saat memek ibu mertuaku, jeritan mertuaku semakin tidak teratasi, apalagi ketika dua jariku mengocak dan menari-nari dilubang memeknya dan lidahku menari nari di itilnya.
“Ahh.. Mass Ibu ingin keluar kembali.. ahh! Ibu keluarr!, aarrgghh”, jerit ibu mertuaku.
Tanpa sadar kaki mertuaku menjepit kepalaku! Sampai sampai saya tidak dapat bernapas.
“Sedap Bu?”
“Sedap sekali Mas”. Kucium mertuaku lagi.
“Bu.. apa Indri kelak tidak bangun?”
“Tenang Mas! Wedang itu adalah obat tidur bikinan Ibu yang paling hebat!”
“Tidak beresiko Bu?”
“Tidak Mas”
Kugeluti mertuaku lagi.. kucium.. kuhisap teteknya. Kucolok-colok memeknya dengan 2 jemari saktiku.
“Oohh Mass masukkan Mass Ibu sudah tidak tahan kembali.. Mas”.
Itil V3
Dengan style konservatif langsung kuarahkan kontolku ke lubang surga Ibu mertuaku, dan pada akhirnya masuk .
“Oh.. Mas sangat nikmat..”.
“Iya Bu.. saya nikmat.. memek Ibu sangat nikmat.., goyang terus Bu..”.
Kamipun terus berlomba dalam enaknya lautan birahi. Saya dayung turun naik dan Ibu mertuaku bergoyang selaras dengan bunyi kecipak-kecipak dari tatap muka dua alat kelamin kami.
“Ohh Mas.. Ibu ingin keluar kembali..”.
Ternyata Ibu mertuaku orang yang mudah raih orgasme dan mudah kembali sembuhnya, aku juga tidak ingin kehilangan event.
“Tahan Buu!, sedikit kembali akuu keluarr..”, sekalian kupercepat goyangan masuk keluar kontolku.
“Akk Mass, Ibu sudah tidak kuatt”.
Dan serr serr saya rasakan kemaluanku seperti disiram air yang hangat rasanya. Aku juga sudah tidak kuat kembali meredam ejakulasiku!
“Ibuu aacchh, cret.. cret.. cret..”, aku juga roboh merengkuh Ibu mertuaku.
“Bu!, menjadi yang yang kemarin-kemarin itu Ibu yang melakukan?”
“Iya Mas, maafkan Ibu! Ibu jatuh hati sama Mas pento semenjak pertama kalinya Ibu menyaksikan Mas. Apalagi Bapak telah lama diserang impotensi”.
“Mengapa harus seperti maling Bu?”.
“Ibu takut ditampik Mas! kembali juga Ibu malu, telah tua kok gatel”.
“Apa semua mantu Ibu, Ibu perlakukan semacam ini?”.
Sekalian melotot Ibu mertuaku berbicara, “Tidak Mas! Mas pento ialah lelaki ke-2 sesudah bapak, Mas lah yang Ibu cintai”. Kucium mertuaku lagi, kupeluk.
“Mulai esok Ibu jangan gunakan wedang kembali, untuk Ibu, saya siap layani, kapan saja Ibu ingin”.
Kamipun bersetubuh lagi, tanpa memedulikan jika di sampingku, istri dan anakku tertidur dengan lelapnya. Tanpa istriku tahu! didekatnya saya dan ibunya sedang menjerit jerit mereguk enaknya persetubuhan kami. Saat ayam berkokok dan jam memberikan jam 3:30 kami mengakhiri pertempuran yang sangat nikmat, lantas Ibu mertuaku dengan rileks jalan keluar kamar kami sekalian berbicara, “Mas Pento terima kasih!”.
*****
Yah.. tersebut awalnya jalinan sexku dengan Ibu mertuaku, meskipun ada rasa sesal, tetapi rasa sesal itu musnah ketelan nikmat yang kudapat, dan aku juga menjadi tahu jika wanita seusia Ibu mertuaku begitu nikmat untuk di tiduri. Kelak akan saya katakan kisa kembali h persetubuhanku dengan mertuaku sepanjang saya berlibur di dusun GL.
Pagi Harinya, saat saya terjaga waktu telah memberikan jam 10:15, kusaksikan disampingku, istri dan anakku tidak ada. Ahh.., aku juga termenung ingat peristiwa tadi malam, saya tetap tidak menduga. Ibu mertuaku, orang yang saya hargai, dan benar-benar saya kagumi kecantikannya, dengan suka-rela memberikan badannya kepadaku. Justru ibu mertuaku yang mengawali awalnya perselingkuhan kami.
“Selamat pagi Ma”, sapaku saat kusaksikan di dapur istriku sedang membikinkan kopi bagiku,
“Kok sepi pada ke mana mah?”
“Kamu sich bangunnya kesiangan, Bapak pergi ke Wonogiri, Ibu pergi ke pasar sama Piko”.
Kupandangi muka istriku, mendadak saja tebersit bayang-bayang muka Ibu mertuaku, aku juga menjadi terangsang, karena kejadian tadi malam tetap membekas dalam daya ingatku.
“Ihh.. apa-apaan sich Mas.. jangan di sini donk Mas..”, protes istriku saat kutarik lengannya, langsung kupeluk dan kulumat bibirnya..
“Mas.. malu.. ahh, kelak jika Ibu tiba bagaimana?”
Saya yang telah betul-betul kebakar birahi, tidak peduli kembali akan protes istriku, kuremas teteknya, ku lumat bibirnya, yang saya pikirkan waktu itu ialah Ibu mertuaku. Kubalik badan istriku, dalam posisi cukup membungkuk, kusingkap ke atas dasternya kuturunkan celana dalamnya dan,
“Uhh Mas perlahan-lahan donk.”
Saya tidak peduli, kuturunkan celanaku hanya lutut, langsung kuarahkan burungku yang telah tegak berdiri kelobang memek istriku.
“Mass.. perlahan-lahan.. donk.. sakit.. Mas.”
Makin istriku berteriak, nafsukupun makin meninggi, saya terus memaksakan memasukkan kontolku ke lubang memek istriku, yang masih belum basah betul.
“Ahh..”, jeritku, saat burungku ambles ketelan memek istriku.
Entahlah, waktu itu saya rasakan nafsuku demikian tinggi, langsung ku kugoyang mundur-maju bokongku.
“Ahh nikmat Ndri..”, kugoyang dengan keras masuk keluar kontolku.
“Mas.. sedap mass.”
Terus kugoyang mundur-maju, karena mungkin terlampau bergairah, baru beberapa saat saja, rasanya ejakulasiku telah makin dekat, renyutan di kontolku makin menambah saya percepat kocokan kontolku di lubang memek istriku.
“Ndri.. saya ingin keluarr nihh.”
“Tahann mass, jangan dahulu.., tahan sayang”, pinta istriku.
Tetapi, semua keinginan istriku itu percuma, saya tidak mampu kembali meredam bobolnya benteng pertahananku, sedetik selanjutnya aahh, semua syaraf badanku menegang dan cret.. cret.. crett.. uhh.. saya menjerit ketahan sekalian dengan kuat kupeluk badan istriku dari belakang.
Kusaksikan, raut muka kekesalan diwajah Indri istriku,
“Maaf.. ya.. sayang. saya telah ngak tahan, saya terlampau bergairah, habis kamu seksi sekali ini hari”, rayuku.
“Tidak apapun Mass..”, kukecup keningnya.
“Kamu aneh dech Mas?, ngak umumnya kamu kasar seperti barusan?”, bertanya istriku sekalian berakhir ke arah kamar mandi.
Kasihan istriku. walau sebenarnya waktu bersetubuh dengannya, saya memikirkan, yang kusetubuhi ialah ibu mertuaku.
Saat siang mendekati, setalah makan siang, istriku dijemput oleh beberapa teman genknya waktu di SMA dahulu, ternyata istriku telah janjian untuk berjumpa dengan beberapa teman sekolahnya dahulu, kebenaran salah satunya teman dekat akrab istriku yang saat ini tinggal dilampung, sekarang ini sedang pulang daerah .
“Pada ingin ke mana nih?” Tanyaku
“Mumpung kita lapi pada kumpul nih Mas, kita ingin jalan- jalan saja Mas. Ya.. Paling-paling ke kota S makan Soto gading”, Jawab mereka.
Sesudah berbasa basi, mereka pamit padaku dan ibu mertuaku.
“Da.. da piko jagain mamah ya..”, kukecup anakku.
“Bu saya pergi dahulu ya”, pamit istriku.
“Mas saya jalan jalan dahulu yahh, bye Mas”
Saat saya masuk ke rumah saya saksikan Ibu mertuaku sedang mengamankan pintu gerbang.
“Kok dikunci bu?
“Agar aman”, ucapnya, sekalian jalan dan masuk ledalam rumah, dan click.. Pintu rumah juga di kunci oleh Ibu mertuaku.
Saya dan Ibu Mertuaku sama-sama berpandangan, seperti sepasang pacar yang lama sekali tidak bertemu dan sama-sama rindukan, entahlah siapakah yang mengawali saya dan Ibu mertuaku telah sama-sama berangkulan dengan mesranya, Kukecup keningnya, dan kuremas remas bongkahan bokongnya.
“Mas Pento, Saat beginilah yang paling ibu tunggu-tunggu”
kupandangi muka ibu mertuaku, sunguh elok sekali, kucecup kening mertuaku, kulumat bibirnya, kami berciuman dengan buasnya, sama-sama sedot, sama-sama hirup, kuangkat dan kulepas daster yang digunakan ibu mertuaku.
Terbuka telah, rupanya ibu mertuaku tidak menggunakan Bh dan celana dalam kembali, kuhisap teteknya, kujilati inhci untuk inchi semua badan Ibu mertuaku.
“Ahh Mass, terus Mas.. sshh sedap sayang..”
Kuajak Ibu mertuaku berpindah ke sofa.
“Kamu duduk Mas..”, dilepasnya kaos dan celanaku, saya dan ibu mertuaku telah polos tanpa satu helai benangpun yang melekat ditubuh kami berdua.
“Ahh.. nikmat bu.., ohh hirup terus bu, hirup kontolku bu.. ahh”
Sangat nikmat kuluman ibu mertuaku, kami berdua telah lupa diri, sama-sama menggairahkan sama-sama meremas.”Ohh.. bu.., aku juga bangun untuk mengubah posisi, kurebahkan ibu mertuaku dilantai, kakinya mengangkang, kupandangi memeknya, yang sudah melahirkan istriku, kuhisap, kukecup secara halus memek ibu mertuaku, kujilati dengan penuh hati, kuhisap semua cairan yang keluar lubang sorga Ibu mertuaku
“Ohh.. Mas.. jangan siksa Ibu sayang.., Mass, Pentoo.., masukkan saat ini Mas.., Ibu mau keluar sayang”
Langsung kuarahkan tangkai kontolku kelubang surga ibu mertuaku. yang telah pasrah dan siap untuk di sikat-sodok kontolku. Kugesek-gesek perlahan-lahan kontolku di itil Ibu mertuaku yang telah mengeras dan.. belss.. uhh, rintih Ibu mertuaku saat kepala kontolku menerobos masuk lubang enaknya.
“Ohh.., Mas masukkan semua sayang.. jangan siksa ibu.. sayang..”
Lantas kuhentak secara kasar.. ahh.. jerit mertuaku saat semua tangkai kontolku ambles melaju secara cantiknya tenggelam diapit memek Ibu mertuaku, yang rasanya membuat saya menjadi suka mengentoti ibu mertuaku. Kupeluk ibu mertuaku, kamipun sama-sama melumat, kuangkat pelan-pelan kontolku kuhujam kembali dengan keras.
“Aahh..”, jerit ibu mertuaku.
“Mas.. Pento.. entotin Ibu Mass.. entotin Ibu.. Mas.. ohh mass. puasin Ibu.. sayang.., uhh ahh.”
Aku juga makin terangang dan semangat dengar rintihan dan jeritan-jeritan kotor yang keluar mulut Ibu mertuaku.
Kunaik turunkan bokongku dengan tempo yang cepat dan kasar.
“Ahh.. ahh.. Ibu.., jeritku, saya ingin keluar.. buu.”
“Iyaa.. sayang ibu ingin keluarr.”
Kupercepat kocokan masuk keluar kontol ku, karies.. karies.. karies..
“Mass.. mari Mass.. keluar.. bersama.. sayang. Ahh..”
Badan ibu mertuaku juga melafalkanng, kakinya menjepit pinggangku.
“Mass ahh ahh”
“Ibuu, arrgg”, jerit kami bersama saat nikmat itu tiba seperti ombak yang bergulung gulung.
“Cret.. crett.. crett..”, kusirami kandungan ibu mertuaku dengan spermaku.
Saya dan Ibu mertuaku terus berangkulan nikmati beberapa sisa kepuasan orgasme yang demikian hebat yang kami capai dengan bersama,
“Bu..” kusaksikan ibu mertuaku tetap pejamkan matanya, dengan napas tersengal-sengal.
“Iya Mas..”
“Rasanya saya jatuh hati sama ibu..”, kusaksikan ibu mertuaku tersenyum. manis sekali..
“Ibu maukan menjadi pacarku bu”.
Ibu mertuakupun cuma tersenyum dan mengecup keningku dengan mesranya, sekalian berbicara, “Mas ini sangat nikmat..”, dikecup lagi keningku.
Hari itu sampai magrib mendekati kami berdua terus bertelanjang riang, saya dan ibu mertuaku layaknya seperti pengantin baru, yang terus-terusan lakukan persetubuhan tanpa merasa jemu, tanpa capek kami terus menumpahkan cairan nikmat kami, di dapur, dikamar tidur ibu mertuaku dan di dalam kamar mandi. Yang paling dasyat, sesudah saya dan ibu mertuaku, minum jamu bikinan ibu mertuaku. Tubuhku fresh sekali, dan kontolku demikian keras dan kuat.., kukocok kontolku dilubang surga Ibu mertuaku, sampai banjir memek Ibu mertuaku danIibu mertuaku meminta kepadaku supaya saya memasukkan kontolku di lubang anusnya.
Nikamat sekali.. saat kutembakan spermaku di dalam lubang anus Ibu mertuaku.
Saat istriku kembali setelah isya, lusuhbut istriku dan rekan temannya, sesudah ber bincang bincang sesaat beberapa teman istriku pamit pulang. Istrikupun masuk ke arah kamar akan menyimpan anak kami yang telah pulas tertidur ke pembaringan.
“Mas saya simpan Piko di dalam kamar dahulu ya..”, kulirik Ibu mertuaku dan kuhampiri beliau sekalian berbisik.
“Bu.., Indri ialah istri pertama kaliku, dan Ibu istri ke-2 ku”, ujarku.
Ibu mertuaku juga tersenyum secara manisnya, sekalian mencubit pinggangku. Hari itu betul-betul hebat. Dua lubang, lubang memek dan lubang anus Ibu mertuaku telah saya merasai.
*****
Di hari ke enam berlibur kami di dusun Gl, saya dan istriku harus terpaksa pulang ke Jakarta, karena dikantor istriku ada kepentingan tiba-tiba dan memerlukan kedatangan Istriku. Harus saya dan Istriku menggagalkan semua acara berlibur kami di kota S.
Kusaksikan Ibu mertuaku terlihat bersedih dan muram, beliau katakan sama Bapak mertuaku jika beliau masih rindu sama kami, dan jika menanti hari raya kelak, rasanya kelamaan buat beliau. Walau sebenarnya itu ialah argumen Ibu mertuaku, Ibu mertuaku belum juga ingin pisah denganku, kurayu istriku supaya merayu Bapak mertuaku, karena godaan istriku pada akhirnya Bapak mertuaku memperkenankan ibu mertuaku turut kami ke Jakarta. Ibu mertuaku benar-benar senang sekali dan kusaksikan sepintas matanya melihat kearahku.
Besoknya Saya pesan ticket kereta Argo Dwipangga, karena hari itu hari kerja, karena itu Aku juga secara gampang mendapat ticket, Saya beli empat ticket dan sedikit oleh-olehan untuk beberapa teman kami. Sesampai saya di rumah, kami juga segera beres-beres bungkus membereskan barang bawaan kami., Jam telah memberikan jam 6:30 sore. Saat saya akan ke arah kekamar mandi saya berpapakan dengan Ibu mertuaku yang hari itu terlihat elok sekali, kubisikan padanya, supaya Ibu mertuaku tak perlu menggunakan celana dalam, ibu mertuakupun tersenyum penuh makna.
Dengan diantarkan Pakde Man dan Bapak mertuaku Jam 8:30 malam kami datang di stasiun Balapan, sesudah menanti sekitaran lebih kurang 1/2 jam keretapun pergi. Kuputar kursi tempat duduk kami, agar kami bisA sama-sama bertemu. Istriku duduk bersama anakku yang telah teridur dipangkuan istriku sementara saya duduk bersama ibumertuaku. Sesudah melalui stasiun yogyakarta, kusaksikan kursi selain tempat duduk lami kosong. Bermakna tidak ada penumpang.., aku juga berpindah tempat duduk di samping kami, rupanya penumpang kereta ini hari tidak demikian penuh.
Dinginnya AC di kereta membuat beberapa penumpang yang memikat selimut dan tertidur dengan pulasnya. Kusaksikan istri dan ibu mertuaku juga telah tertidur. Jam 2 pagi saya terjaga kusaksikan istri dan anakku tetap tertidur, saya bangun dengan perlahan-lahan tempat kucolek Ibu mertuaku, beliau buka matanya, sstt, aku juga memberikan code ke Ibu mertuaku. perlahan-lahan tempat Ibu mertuaku bangun, kusaksikan istri dan anakku tetap tertidur.
“Bu.. saya ingin.. bisikku..”, Ibu mertuakupun tersenyum, kami jalan ke belakang melalui penumpang yang lain masih pulas tertidur.
Sesampai kami di gerbong belakang, pas ada di belakang gerbong kami, rupanya cuma ada banyak penumpang yang lelap dan ada banyak bangku yang kosong. Sesudah mendapat tempat duduk yang kurasa aman kuputar kursi dimuka agar aman dan lega sisi tengahnya.
Langsung kupeluk Ibu mertuaku, kamipun sama-sama berpagutan, kuremas tetek Ibu mertuaku, dengan hati yang berdebar-debar, kubuka celanaku sampai hanya lutut, kontolku telah tegak dengan prima, kuangkat rok panjang Ibu mertuaku.. woww rupanya Ibu mertuaku tidak menggunakan celana dalam kembali.
“Kamu yang suruh.. ucapnya”, sekalian menekan hidungku.
Saya duduk di lantai kereta, tubuhku bersandarkan tempat duduk, Ibu mertuakupun bangun mengangkangiku, pelan-pelan di tujukan memeknya ke burungku yang tidak sabar terima sarangnya. Di turunkan perlahan-lahan tempat dan bless.. ambles semua kontolku masuk ke ketelan lobang nikmat Ibu mertuaku yag sangat basah sekali.
“Ahh rintih kami bersama..”
Guncangan kereta api dan goyangan turun naik bokong Ibu mertuaku menambahkan enaknya persetubuhan kami.
Secara cepat Ibu mertuaku menaik turunkan bokongnya, kami berdua bersetubuh dengan rintihan perlahan-lahan. takut kalau-kalau ada penumpang yang terjaga dan menyaksikan perlakuan kami.
Cuma beberapa saat saja.., “Aahh, hh.. Ibuu saya.. saya.. ingin keluarr..”.
“Cret.. cret.. crett..”
Kuangkat tubuhku dan kupeluk dengan kuat badan Ibu mertuaku, tanpa sadar Ibu mertuakupun mengigit bahuku saat ejakulasi dan orgasme bersama datang menerpa dua individu manusia yang lupa diri dan diterpa cinta.
“Deg-deg-deg-deg”, suara jantungku, untungnya tidak ada seorangpun yang melalui.. modar mandir.
Buru buru Saya dan Ibu mertuaku membereskan baju kami dan segera lagi kegerbong kami, kusaksikan anak dan istriku masih pulas tertidur, Saya dan Ibu mertuaku lagi keposisi kami masing-masing serta tertidur dengan senyuman penuh kepuasan.