Cerita Sex Pegawai Salon yang Sukai Morotin Uang

Video Rate:
0 / 5 ( 0votes )
3 views

Cersex HotNarasi Seks Pegawai Salon yang Sukai Morotin Uang – Narasi seks ines pegawai salon yang menyukai morotin uang, narasi ngentot pegawai salon dengan pelanggannya, narasi cabul pegawai salon. Saya kerja dì suatu hal salon. Salon ìtu berada dì satu komplex perkantoran. Dìkomplex ìtu ada suatu hal supermarket besar 3 lantaì dìmana lantaì teratas dìpakai untuk food court. Salon dìmana saya bekerja berada dì satu sìsì satu restoran yang berada dìdepan pìntu keluar komplex. Pekerjaanku dì salon ya cucì rambut dan krìmbat.

Saya masìh junìor dì salon ìtu sehìngga mendapat pekerjaan yang rìngan-ringan saja. 1 harì saya mendapat konsumen, seorang lelaki berumur 30an, tampan sekali dech orangnya, sukai saya ngelìatnya. beruntung dìa mo cukur rambut dan setelah ìtu krìmbat. Saya mendapatkan pekerjaan mencucì rambutnya, kemudìan stylìst menggunting rambutnya. Selesaì cukur rambut saya yang handle krìmbatnya. beruntung meja yang saya gunakan untuk krìmbat cukup terpìsah yang laen karena salon ketìka ìtu ramai.

Narasi seks ines pegawai salon yang menyukai morotin uang, narasi ngentot pegawai salon dengan pelanggannya, narasi cabul pegawai salon
Narasi Seks Ngentot Memang ìtu meja tambahan yang baru dìpakai kalau salon ramai, karena tambahan karena itu memiliki tempat cukup terpìsah darì jejeran meja laennya. Sepanjang saya ngerjaìn krìmbat, dìa ngajakìn terlibat percakapan.
“Namanya siapa”.
“ìnes pak”.
“Kok pak sìh manggìlnya, jadì ngrasa dah tua”.
“abìs ìnes mestì manggìl apa? Bang saja dech ya”. Darì Logatnya kayanya dìa orang darì tapìan na ulì.
“Kamu yang palìng muda ya dìsìnì”.
“ìya bang, masì junìor”.
“Tapì asìk kok krìmbat nya”.
“Makasìh bang”.
“Kamu palìng cantìk dech Nes, mana seksì lagì”.
“Ah bìasa ja bang, abang terlampau mujì ìnes neh, jadì malu”.
“Kamu pulangnya jam brapa Nes”. “Kalau salon tutup bang”.
“ìya jam brapa”. “Napa sìh bang nanya-nanya, mo anterìn ìnes pulang”.
“Ingin?” Saya hanya tersenyum.
“Jam 6an bang salonnya tutup”.
Selesaì krìmbat, saya dapat tìp yang cukup besar, belon sebelumnya pernah saya dapat tìp sebesar ìtu.
“Makasì banyak bang, eh abang namanya sapa ya”‘
“Frans”, jawabannya sambìl menìnggalkan salon. karena banyak pekerjaan harì ìtu, saya lupa akan obrolanku bang Frans.
Pulangnya, ketìka melaluì restoran dìderetan palìng ujung darì sìsì dìmana salon ada, tìba-tiba saya dengar dìndìng kaca restonya dìketuk-ketuk. Saya melihat, kulìhat bang Frans senyuman sambìl manggìl saya ayunan tangannya. saya masuk ke dalam restoran ìtu dan duduk dìseblahnya.
“Nes, mo makan apa neh”.
“wah abang betulan neh mo nganterìn ìnes pulang?’
“Makan dahulu lah”.
Saya pesen ja makanan yang saya rasa sedap, harga tidak kulìhat lagì, pastì dìbayarìn sì abang. Sambìl makan sì abang senyuman ngelìatìn saya terus.
“Benar kan, kamu tu cantìk lo Nes”.
“abang neh, tidak brentìnya mujì ìnes, hanya gunakan pakaian kumel gìnì ja dìbìlang cantìk”.
“Ya sudah, abìs makan saya belììn kamu baju ya”.
“Benar bang?” Dìa membuat ganguank.
Pesenanku dateng dan saya mulaì melahap makanan lahap, sedap sekali berasa, palagì dìbayarìn. Kalau bayar ndìrì mah mìkìn sejuta kalì makan dìsìtu karena harga makanannya mahal2. Habìs makan, saya dìajaknya ke mal yang memiliki tempat tidak jauh darì komplex perkantoran. Saya membìarkan tanganku dìbersama sì abang. Senang lagì jalan ma lelakì tampan kaya sì abang, mana dìbersama2 lagì. Kìta masuk ke dalam dept toko yang terdapat dì mal.
“Nes kamu pìlìh dech mo belì baju apa”.
“Betulan nìh mo belììn ìnes baju, abang baek sekali sìh”.
Saya lakukan sangkaan pastì ada bakwan dìbalìk udang, tapì egp ja lah, yang pentìng kan dìblanjaìn, lagìan sì abang tampan sekali. Tidak rugì dech dìentot ma dìanya. Saya belì jìns, tanktop, trus saya tanya,
“Daleman bole belì bang”.
“Bole bangetz, belì yang seksì-seksi Nes”. Saya belì g strìng dan bra yang tìpìs, kalau ampe dìa ngajakìn maen, saya mo gunakan tu lìngerìe.
Usai belanja, saya digandengnya ke arah lantai dasar, parkir.
“Kamu perlu pulang cepat Nes”.
“Mangnya abang mo mengajak Ines ke mana, Ines kost kok bang, tidak da yang nungguin”.
“Ketempatku yok”.
“Mo ngapain bang”.
“Kita bercakap rileks ja, kamu esok kerja tidak”.
“Esok gantian saya off bang”.
Saya masuk ke dalam mobilnya. Diperjalanan pulang, kami bercakap ngalor ngidul. saya open saja kedianya. Saya crita penjelajahan sexku sama lelaki yang bukan abg kembali. Saya katakan telah satu bulan ini saya tidak kencan ama lelaki.
“Wah, kalau begitu kamu dah napsu sekali donk Nes. Saya kan sudah tidak termasuk abg, menjadi bisa donk turut dalam penjelajahan Ines”.
“Dapat ditata kok bang”. Sepanjang perjalanan, ia mengelus pahaku di luar jeans ketatku tentu saja.
“Ih, sang abang, dah napsu sama Ines ya”.
“Kalau napsu sich dari barusan Nes”.
“Kalau dah napsu maknanya dah ngaceng ya bang”, kataku sekalian mengelus selangkangannya.
“Ih, kayanya besar ya bang, keras kembali”, saya mulai meremas selangkangannya.
“Ines mo simak lebih dulu, membuka saja ritsluitingnya”.
Saya selekasnya turunkan ritsluiting celananya dan tanganku masuk ke cdnya mengambil kontolnya.
“Ih besar sekali bang, panjang kembali. Ines tidak pernah merasakan yang sebesar dan selama ini”, kataku sekalian keluarkan kontolnya.
Selekasnya kukocok2nya batangnya. Lantas saya merunduk dan mengemut kepala kontolnya.
“Nes, diisep sampai saya ngecret donk”.
“Tempatnya sempit bang, Ines kocok saja yach. non0k Ines menjadi basah bang, dah ingin bungkusukan kont0l besar abang”, saya mulai mengocak kontolnya keatas dan kebawah. Ia menjadi melenguh kepuasan.
“Masihlah jauh bang, tempatnya”.
“Tidak kok Nes, sesaat lagi sampai”, ucapnya sekalian percepat pergerakannya kendaraan. Selang beberapa saat, sampai juga kami di satu rumah. Ia belum ngecret dan saya mengakhiri seponganku.
“Bang besar sekali tempat tinggalnya kaya kont0l abang saja besar, punyai abang ya”.
“Bukan Nes, punyai kantor. Ini mes kantor, buat tamu yang penting nginep. Saat ini kembali kosong, menjadi kita pakai saja yach”.

Kami ke arah sisi belakang rumah, ada kolam renang disitu. Tempatnya teduh karena banyak pohon-pohonan dan tertutup tembok tinggi hingga mustahil ada yang dapat ngintip.
Saya duduk didipan di tepi kolam renang, ia duduk disebelahku. Ia merengkuhku. Ia mencium pipiku sekalian jarinya membelai-belai sisi belakang telingaku. Mataku terpejam nikmati usapan tangannya. Kupandangi mukanya yang tampan dengan hidungnya yangmancung. Tidak kuat lama-lama menanti pada akhirnya ia mencium bibirku. Dilumatnya mesra. saya menjulurkan lidahku. Mulutnya terbuka perlahan-lahan terima lidahku. Lama ia permainkan lidahku dalam mulutnya.
Lidahnya demikian agresif menyikapi permainan lidahku, hingga napas kami berdua jadi tidak teratur. Sebentar kecupan kami berhenti untuk menarik napas, lantas kami mulai berpagutan kembali dan kembali. Ia membelai pangkal lenganku yang terbuka. Dibukanya telapak tangannya hingga jempolnya dapat meraih permukaan dadaku sekalian membelai pangkal lenganku. Bibirnya sekarang turun sapu leherku bersamaan telapak tangannya mengantongi toketku. Saya menggelinjang seperti cacing kepanasan terserang terik mentari. Suara rintihan berkali-kali keluar mulutku ketika lidahnya menjulur nikmati leherku yang tingkatan,
“baaang….”. Saya menggenggam tangannya yang meremas toketku dengan penuh napsu.
Tidak untuk menghambat, saya biarkan tangannya mengelus dan meremas toketku yang montok.
“Nes, saya ingin menyaksikan toketmu”, katanya sekalian menyeka sisi pucuk toketku yang mencolok. Ia melihatku. Saya pada akhirnya buka tank hebat ketatku di depannya. D
dia terpesona melihat toketkua yang tertutup oleh BH warna hitam.
Toketku demikian membusung, melawan, dan turun naik bersamaan dengan desah napasku yang mengincar. Sekalian tiduran saya buka pengait BH-nya di punggungku. Punggungku meliuk cantik. Ia meredam tanganku saat saya akan turunkan tali BH-ku di atas bahuku. Malah dengan kondisi BH-ku yang kendur karena tanpa pengait semacam itu membuat toketku makin melawan.
“Toketmu bagus, Nes”, ia coba mengutarakan keelokan badanku. Perlahan-lahan ia menarik turun cup BH-ku. Mataku terpejam.
Perhatiannya terpusat ke pentilku yang warna kecoklat-coklatan. Lingkarannya tidak demikian besar sedang ujungnya demikian lancip dan kaku. Disekanya pentilku lantas dipilin jarinya. Saya mendesah. Mulutnya turun ingin mencicip toketku.
“Egkhh..” rintihku saat mulutnya melumat pentilku. Dimainkannya dengan lidah dan giginya. Sesekali digigitnya pentilku lantas diisap kuat-kuat hingga membuat saya menarik rambutnya.
Senang nikmati toket yang samping kiri, ia mencium toketku yang satunya. Rintihan-rintihan dan desahan kepuasan keluar mulutku. Sekalian menciumi toketku, tangannya turun membelai perutku yang datar, stop sesaat di pusarku lantas perlahan-lahan turun mengelilingi lembah di bawah perutku. Dibelainya pahaku samping dalam lebih dulu saat sebelum ia memilih untuk meraba-raba nonokku yang tetap tertutup oleh celana jeans ketat yang kukenakan.
Ia secara mendadak hentikan aktivitasnya lantas berdiri dari sisi dipan. Saya terheran sesaat melihatnya. Ia tetap berdiri sekalian melihat badanku yang terbaring di dipan, melawan. Kulitku yang tidak begitu putih membuat matanya tidak bosan melihat. Perutku demikian datar. Celana jeans ketat yang kupakai kelihatan terlampau kendur pada pinggangnya tetapi di bagian pinggulnya demikian cocok untuk memperlihatkan lekukan bokongku yang prima. Senang melihat badanku, ia lantas membaringkan badannya disampingku.
Dibereskannya untaian rambut yang tutupi sejumlah bagian dari permukaan muka dan leherku. Dibelainya kembali toketku. Ia mencium bibirku sekalian masukkan air liurnya ke mulutku. saya menelannya.
Tangannya turun ke sisi perut lantas buka kancing celana jinsku dan turunkan ritsluitingnya, selanjutnya menerobos masuk. Jarinya menyeka dan membelai selangkanganku yang tetap tertutup CDku. jemari tengahnya membelai permukaan CDku pas di atas nonokku, basah. Ia terus permainkan jemari tengahnya untuk mengelitik sisi yang paling individu badanku. Pinggulku perlahan-lahan mengarah ke kiri, ke kanan dan kadang-kadang bergoyang untuk menetralkan kemelut yang kualami.
Ia menyuruhku untuk melepaskan celana jeans yang kupakai. Saya turunkan celana jinsku perlahan-lahan. CD hitam yang kukenakan demikian mini hingga jembut keriting yang tumbuh di sekitar nonokku sebagian keluar tepi CDku. Ia menolong menarik turun celana jeansku. Saya meningkatkan pinggulku saat ia cukup kesulitan menarik celana jeansku. Diapun melepaskan pakean. Posisi kami sekarang sama tinggal kenakan CD. Kami berangkulan. Saya sentuh kontolnya di luar CDnya, lantas kuplorotkan CDnya. Langsung kontolnya yang panjangnya kurang lebih 18 cm dan cukup gendut kubelai dan kugenggam.
“Tangan kamu pandai ya, Nes,”´ katanya sekalian melihat tanganku yang mengocak kontolnya.
“Ya, perlu donk!” jawabku sekalian cekikikan.
Jari-jarinya masuk dari samping CD langsung sentuh bukit nonokku yang telah basah. Telunjuknya membelai-belai itilku hingga saya kenikmatan.
“Diisep kembali Nes. Kan saat ini lebih bebas” ucapnya. Saya ketawa sekalian mencubit kontolnya. Ia meringis. ”
“Tidak muat di mulut Ines, barusan dimobil kan hanya kepalanya yang masuk. Itu sudah ampir tidak muat. besar sekali sich kontolnya” usai berbicara begitu saya segera ketawa kecil.
“Jika yang di bawah, bagaimana, muat tidak?” tanyanya kembali sekalian menusukkan jemari tengahnya ke nonokku.
saya mendesah sekalian menggenggam tangannya. Jarinya telah terbenam ke lubang nonokku. Saya rasakan nonokku berdenyut menjepit jarinya. Selekasnya CDku dilepaskan. Perlahan-lahan tangannya tangkap toketku dan meremasnya kuat. Saya yang saat ini meringis.
Kuusap halus kontolnya yang telah keras sekali. Saya demikian inovatif mengocak kontolnya hingga ia merasa kenikmatan. Ia tidak tinggal diam, tangannya membelai-belai toketku yang montok. Dimainkannya pentilku dengan jarinya, sedangkan tangannya yang satunya mulai meraba-raba jembut lebat disekitaran nonokku. Disentuhnya permukaan nonokku. Jemari tengahnya permainkan itilku yang telah mengeras. kontolnya sekarang siap tempur dalam genggamanku, sedangkan nonokku mulai keluarkan cairan kental karena diobok-obok.
Ia merengkuh badanku hingga kontolnya sentuh pusarku. Ia membelai punggungku lantas turun meraba-raba bokongku yang montok. Saya membalasnya dekapannya dengan melingkarkan tanganku di bahunya. Ia raih bokongku, diremasnya sedikit cukup kasar lantas ia naiki badanku. Kakiku sendirinya mengangkang. Ia menciumi kembali leherku yang tingkatan lantas turun melumat toketku. Ia terus membelai dan meremas tiap lekuk dan benjolan pada badanku.
Ia memperlebar ke-2 pahaku sekalian arahkan kontolnya ke bibir nonokku. Saya mengeluh lirih. Mataku perlahan-lahan terpejam. Saya menggigit bibir bawahku untuk meredam pergerakan birahiku yang makin kuat. Ia melihatku, matanya penuh gairah.
“Saya ingin mengent0ti kamu, Nes” bisiknya perlahan, sedangkan kepala kontolnya tetap melekat di belahan nonokku.
Kata ini rupanya membuat mukaku memeras. Saya melihatnya sendu lantas menggangguk perlahan saat sebelum pejamkan mataku. Ia fokus sarat dengan membimbing kontolnya yang perlahan-lahan menyelusup ke nonokku. Berasa geret, memang, nikmat sekali rasanya. Perlahan-lahan tetapi tentu kontolnya memotong nonokku yang rupanya demikian kuat menjepit kontolnya. nonokku demikian licin sampai cukup mempermudah kontolnya untuk menyelusup lebih ke. Saya merengkuh kuat badannya sekalian memasukkan kuku-kukuku di punggungnya sampai ia cukup kesakitan. Tetapi saya tidak perduli.
“Baang, besar sekali, ohh..” saya menjerit lirih. Tanganku turun tangkap kont0lku.
“Perlahan bang”. Pada akhirnya kontolnya tenggelam dalam nonokku.
Ia stop sesaat untuk nikmati renyutan-denyutan yang muncul karena kontraksi otot-otot dinding nonokku. Renyutan itu demikian kuat hingga ia pejamkan mata untuk rasakan kepuasan yang demikian prima. Ia melumat bibirku sekalian pelan-pelan menarik kontolnya untuk seterusnya dilelepkan kembali. Ia menyuruhku buka kelopak mataku. Saya menurut. Ia benar-benar suka menyaksikan mataku yang makin sayu nikmati kontolnya yang masuk keluar nonokku.
“Saya sukai non0kmu, Nes..non0kmu masih rapet” katanya sekalian mendesah kenikmatan.
“Kamu sedap kan, Nes?” tanyanya, lantas kujawab dengan anggukan kecil.
Ia menyuruhku untuk menggoyahkan pinggulku. Saya segera menyeimbangi pergerakannya yang turun naik dengan goyangan putar pada pinggangku.
“Sukai kont0lku, Nes?” tanyanya kembali. Saya cuma tersenyum sekalian meremas2 kontolnya dengan capitan nonokku.
“Ohh.. hh..” ia menjerit panjang. Rasanya sangat nikmat.
Itil V3
Ia coba mengusung dadanya, membuat jarak dengan dadaku secara bertopang pada ke-2 tangannya. Dengan begitu ia makin bebas dan bebas untuk mengeluar-masukkan kontolnya ke nonokku. Kuperhatikan kontolnya yang masuk keluar dalam nonokku. Saya makin memperlebar ke-2 pahaku sementara tanganku melingkar kuat dipinggangnya. Pergerakan turun-naiknya makin cepat menyeimbangi goyangan pinggulku yang makin tidak teratasi.
“Nes.. sedap sekali, kamu pandai dech.” katanya kenikmatan.
“Ines , bang”, jawabku. Saya mendesah dan keluarkan erangan-erangan kepuasan.
Berkali-kali saya keluarkan kata, “aduh” yang kuucapkan terputus-putus. Saya rasakan nonokku makin berdenyut sebagai tanda saya akan capai pucuk pendakianku. Ia rasakan hal yang masih sama denganku, tetapi ia coba bertahan dengan menarik napas dalam-dalam lantas bernafas perlahan-lahan untuk turunkan daya rangsangan yang dirasakannya. Kelihatannya ia tidak mau selekasnya mengakhiri permainan ini cuma dengan 1 posisi saja. Ia percepat goyangan kontolnya saat ia mengetahui saya nyaris nyampe. Diremasnya toketku kuat sambil mulutnya mengisap dan menggigit pentilku. Disedotnya dalam-dalam.
“Ohh.. hh.. baaaang..” jeritku panjang.
Ia memasukkan kontolnya kuat-kuat ke nonokku sampai mentok supaya saya memperoleh kepuasan yang prima. Badanku meliuk cantik dan untuk sesaat lama waktunya badanku kejang. Kepalanya kutarik kuat tenggelam antara toketku. Di saat badanku menyentak-nyentak ia tidak mampu untuk tetap bertahan semakin lama .
“Nes, aakuu.. keluaarr, Ohh..hh..” jeritnya.
Saya yang tetap rasakan orgasmeku mengamankan pinggangnya dengan kakiku yang melingkar di pinggangnya. Waktu itu ia memuntahkan peju hangat dan kentel dari kontolnya. Kurasakan badanku seperti melayang-layang. secara spontan saya menarik bokongnya kuat ke badanku. Mulutnya yang ada di belahan dadaku mengisap kuat sampai tinggalkan sisa merah pada kulitku. Ia mencengkeram toketku. Diraupnya semua hingga saya kesakitan. Ia tidak perduli kembali. Ia rasakan nikmat yang tidak ada duanya ditambahkan goyangan pinggulku di saat ia alami orgasme. Badannya pada akhirnya lesu tidak memiliki daya di atas badanku. kontolnya tetap ada dalam nonok ku. saya menyeka-usap permukaan punggungnya.
“Ines senang sekali dientot abang”, kataku. Ia selanjutnya mengambil kontolnya dari nonokku.
Saya masuk kembali lagi ke rumah, masuk langsung ke kamar mandi dan menghidupkan shower. Saya bersihkan tubuhku yang basah karena keringat habis ditekuni bang Frans barusan. Sesudah saya usai, mengganti ia yang masuk ke dalam kamar mandi bersihkan badannya. Saat ia keluar kamar mandi, saya tiduran diranjang telanjang bundar.
“Nes, kamu kok ingin saya mengajak ngent0t”, ucapnya.
“Kan Ines dah lama tidak merasakan enaknya kont0l bang, mana kont0l abang besar kembali”, jawabku tersenyum.
“Malem ini kita men kembali ya bang”.
“Ok saja, tetapi saat ini kita mencari makan dahulu ya, agar ada tenaga berperang kembali kelak malem”, ucapnya sekalian kenakan pakaian.
Aku juga kenakan bajunya dan kita pergi cari makan malem. Kembali lagi ke rumah hampir tengah malem, barusan kita selainnya makan rileks2 di pub dahulu.
Di dalam kamar kita langsung melepaskan baju masing2 dan bergumul diranjang. Saya memegang kontolnya. Ia melenguh sambil menyebutkan namaku. Ia meringis meredam remasan halus tanganku pada kontolnya. Tanganku mulai bergerak naik turun telusuri kontolnya yang telah teramat keras. Sesekali ujung telunjukku menyeka kepala kontolnya yang telah licin oleh cairan yang menetes dari lubang diujungnya. ia Kembali melenguh rasakan nyeri nikmat karena usapanku. Kocokanku makin cepat.
Secara halus ia mulai meremas-remas toketku. Saya memegang kontolnya dengan kuat. Pentilku dipilin2nya. Saya saran kontolnya di dalam mulutku dan mengulumnya. Ia terus menggerayangi toketku, dan memulai menciumi toketku. Napsuku makin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya makin mengamuk hingga ia tersengal-sengal rasakan kemahiran permainan mulutku. Ia mengubah badanku sampai bersimpangan dengan posisi badannya. Kepalaku ada di bawahnya sementara kepalanya ada di bawahku.
Kami telah ada dalam posisi enam sembilan! Lidahnya sentuh nonokku secara halus. Badanku segera bereaksi dan tanpa sadar saya menjerit lirih. Badanku meliuk meng ikuti irama permainan lidahnya di nonokku. Ke-2 pahaku mengempit kepalanya seakan ingin memasukkan mukanya ke nonokku. kontolnya selanjutnya kukempit dengan toketku dan kugerakkan mundur-maju, sesaat. Ia menciumi bibir nonokku, coba membuka dengan lidahnya. Tangannya mengelus pahaku sisi dalam.
Saya mendesis dan tanpa sadar buka ke-2 kakiku yang semula mendekat. Ia menyesuaikan diri antara ke-2 kakiku yang lebar terbuka. kontolnya ditempelkannya pada bibir nonokku. Digesek-gesekkannya, dimulai dari atas sampai ke bawah. Turun naik. Saya merasa nyeri bersatu geli dan nikmat. nonokku yang telah banjir membuat gesekannya makin lancar karena licin. Saya tersengal-sengal merasainya. Ia menyengaja lakukan tersebut. Apalagi saat kepala kontolnya menggesek-gesek itilku yang telah menegang.
“Baang.?” panggilku menghiba.
“Apa Nes”, jawabannya sekalian tersenyum menyaksikan saya teraniaya.
“Cepatan..” jawabku. Ia menyengaja mengulur-ulur dengan menggesek-gesekan kont0l.
Sementara saya betul-betul sudah tidak tahan kembali mengungkung birahiku.
“Ines telah ingin dientot bang”, kataku. Saya melenguh rasakan tekanan kontolnya yang lebih besar tersebut.
Saya menanti lumayan lama pergerakan kontolnya masuk diriku. Terasanya tidak hingga. Mahfum saja, selainnya besar, kontolnya panjang. Saya sampai meredam napas saat kontolnya berasa mentok dalam, semua kontolnya ambles di dalamnya. Ia mulai gerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga enjotan mulai berjalan mulus. Makin membanjirnya cairan dalam nonokku membuat kontolnya masuk keluar dengan lancarnya. Saya menyeimbangi dengan pergerakan pinggulku. Meliuk perlahan-lahan.
Turun naik meng ikuti irama pacuannya. Pergerakan kami makin lama makin bertambah cepat dan semakin bertambah liar. Pergerakannya tidak teratur karena yang terpenting enjotannya capai beberapa bagian sensitif di nonokku. Saya seperti ada di surga rasakan kepuasan yang hebat ini. kontolnya memenuhi penuh semua nonokku, tidak ada sedikitpun ruangan yang masih ada sampai gesekan kontolnya terasa sangat di semua dinding nonokku. Saya mendesah, melenguh dan mengeluh rasakan semua kepuasan ini. saya mengaku keperkasaan dan kemahirannya di atas tempat tidur. Yang jelas saya rasakan kepuasan tidak terbatas ngent0t dengannya.

Cerita Lainnya:   Perawanin Teman Satu Kost

Ia bergerak makin cepat. kontolnya terus-menerus menyerang beberapa daerah sensitiveku. Saya meregang tidak dapat meredam napsu, sedangkan ia gagahnya tetap mengayunkan pinggulnya turun naik, ke kanan dan ke kiri. Eranganku makin keras. Menyaksikan reaksiku, ia percepat pergerakannya. kontolnya yang lebih besar dan panjang itu masuk keluar secara pesatnya. Badannya telah basah bermandikan keringat. Aku juga begitu. Saya raih badannya dan kudekap.
Kurengkuh semua badannya hingga ia menindih badanku dengan kuat. Saya memasukkan mukaku dari sisi pundaknya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara ke-2 tanganku meraih bokongnya dan memencetnya kuat-kuat. Saya meregang. Badanku melafalkanng-ngejang.
“baang..”, cuma itu yang dapat keluar mulutku karena sangat dahsyatnya kepuasan yang kualami dengannya. Ia menciumi muka dan bibirku.
Saya menggerakkan badannya sampai telentang. Saya segera menindihnya dan menciumi muka, bibir dan sekujur badannya. Kembali kuemut kontolnya yang tegak tersebut. Lidahku menjilat-jilati, mulutku mengemut. Tanganku mengocak-ngocok kontolnya. Belum ia ucapkan suatu hal, saya segera berjongkok dengan ke-2 kaki bertopang pada lutut dan masing-masing ada dari sisi kanan dan kiri badannya. nonokku ada sama persis di atas kontolnya.
“Akh!” pekikku ketahan saat kontolnya kubimbing masuk nonokku.
Badanku turun pelan-pelan, menelan semua kontolnya. Seterusnya saya bergerak seolah tengah menunggang kuda. Badanku naik-lonjak. Pinggulku bergerak naik turun.
“Ouugghh. Nes.., hebat!” jeritnya rasakan luar biasanya permainanku. Pinggulku mengaduk-aduk gesit, mengulek liar tiada henti. Tangannya mencekram ke-2 toketku, diremas dan dipilin-pilin. Ia lantas bangun 1/2 duduk.
Mukanya dilelepkan ke dadaku. Menciumi pentilku. Disedotnya kuat-kuat sekalian diremas-remas. Kami berdua sama-sama berlomba-lomba memberikan kepuasan. Kami tak lagi rasakan panasnya udara walau kamar memakai AC. Badan kami bersimbah peluh, membuat badan kami menjadi lekat keduanya. Saya bergelut mengaduk-aduk dengan pinggulku. Ia menggoyahkan bokongnya.
Tusukan kontolnya makin cepat bersamaan dengan liukan pingguku yang tidak kalah pesatnya. Permainan kami makin bertambah hebat. Sprei tempat tidur sudah tidak karuan memiliki bentuk, selimut dan bantal dan guling terlontar berantakan di lantai karena pertarungan kami yang semakin bertambah liar dan tidak teratasi. Ia merasa pejunya sudah ingin nyembur. Ia makin semangat memicu pinggulnya untuk bergoyang. Tidak selang beberapa menit selanjutnya, aku juga rasakan tekanan yang masih sama. Saya terus memicu.
sekalian menjerit-jerit histeris. Ia mulai melafalkanng, mengeluh panjang. Badannya menghentak-hentak liar.
Pada akhirnya, pejunya nyemprot demikian kuat dan banyak banjiri nonokku. Aku juga rasanya tidak kuat kembali meredam tekanan dalam diriku Sekalian mendesa pinggulku kuat-kuat, saya berteriak panjang saat capai pucuk kepuasan bersamaan dengannya. Badan kami bergulingan di atas tempat tidur sekalian berangkulan kuat. “Baaang., nikmaat!” jeritku tidak tertahan. Saya lemas, demikian juga ia. Tenaga terkuras habis dalam pertarungan yang rupanya memerlukan waktu lebih dari 1 jam! Pada akhirnya kami tertidur kecapekan.

Cerita Lainnya:   Tante Yosi Guru Ngentotku
Category: CERITA SEX
cersex mom cersex digilir cersex ibu tiri cersex dengan ibu cersex ukhti cersex dukun cabul